post-banner

Ayah dan Bumi

Jalan setapak mengitari tempatnya menari sambil disenangi

Makan mudah, Hidup tidak susah

Dibaliknya punggung berkarat, berumur, menimba sumur

Tanggung jawab nama tengahnya

Ayah.

Tali-temali mengikat rumahnya yang kini goyah

Biarkan penumpang tertawa sampai wajah memerah

Biar saja anak istrinya makan ikan dan buah

Satu butir padi baginya sudah cukup mewah

Sudah besarpun Si Kecil miliknya masih sering datang padanya sambil mengeluh resah

Kenapapun Ayah tetap ada untuk ia

Kakak adik terkasih jelang sore gemar mangadu\

Atas jahatnya dunia dan tertawaan padanya

Ayah memeluk.

Ia terjatuh.

Air mata membumi

Kini ia tidur dalam bumi

Puisi Refleksi Hidup Kenangan