Biarkan
Layar dan cahaya dengan tidak sopan memoles alisnya yang mengkerut
Tak akan ku kenalkan Dia yang kini kubicarakan
Sampai tanda tanya lepas dari anjungan
Sampai gunung-gunung itu dibalikkan
dan bumi dibenturkan
Urat pemahaman akan putus tidak tertanam
Puan, puan.
Senang juga kerap sekali dikau berduaan dengan rasa goyahmu yang tak akan pernah kau kalahkan
Cari dulu jarum itu di angkasa
Biarkan aku menyeruput kopi dan membakar tembakauku sambil tertawa
Sepertinya aku sudah sesusah itu dan kau tidak pedulikan teman.
Sepertinya, sia-sia buku-buku itu dituliskan
Pun, aku mengerti, isinya hanya akan buat kau bingung dan lagi kau tidak pedulikan.
Jadi, paling tidak sampai 2 tahun kedepan biar papan tik ini menemaniku sendiri
Kuceritakan semua padanya tentangmu.
Yang kadang ku bingung apa maumu teman, apa baikmu, dan siapa tuanmu.
Sore ini seonggok ide datang padaku bahwa romansa itu kadang palsu
Katanya tidak lekang oleh waktu
Nyatanya saat ini sedang membatu
Datang, datang, datang, datang padaku.
Kembalikan lagi dia yang dahulu.
Benda, memori, pengalaman yang waktu itu.
Tapi tunggu dulu,
Biarkan kuhabiskan Nasi Padangku dahulu